Kamis, 18 Februari 2010

Autisme

Autisme

Beberapa anak usia pra sekolah sedang bermain-main dengan riangnya di sebuah tempat. Mereka bermain sepeda, papan jungkat-jungkit, bermain pasir, berlari-lari, brosotan dll bersama dengan guru-guru yang sabar serta penyayang. Mereka di bawah bimbingan guru yang jumlahnya berbanding 2 : 1 antara siswa dan guru.
Setelah cukup lama bermain, maka terdengarlah bel berbunyi, anak-anak segera masuk untuk mengikuti pelajaran. Mereka masuk kelasnya masing-masing sesuai dengan usia mereka. Dalam kelas sudah menunggu ibu guru yang siap membimbing mereka untuk minum serta makan kue bersama. Setelah itu acara dimulai dengan bernyanyi bersama serta memanggil satu persatu nama mereka untuk bernyanyi sendiri-sendiri atau berdua.
Setelah sekitar 30 menit di kelas maka bunyi kereta api dibunyikan. Pertanda kelas pada hari itu selesai dan anak-anak harus segera pulang. Maka anak-anak bergegas mengambil tasnya masing-masing serta bersiap-siap untuk pulang dengan bus jemputan dari sekolah khusus tersebut. Satu persatu keluar dan menuju bus yang tempat duduknya telah di desain untuk anak-anak. Guru-guru mereka berbaris serta melambaikan tangan tanda perpisahan dan besok akan jumpa lagi.
Sekilas seperti keadaan anak-anak normal pada umumnya. Namun mereka adalah sekolah khusus bagi anak autisme. Apa anak autisme itu? Bagaimana tanda-tandanya?
Autisme bisa dikatakan sebagai gangguan interaksi sosial atau perilaku, gangguan perkembangan komunikasi, dan pola sikap yang tidak normal yang digolongkan dalam gangguan perkembangan neuro. Hal ini karena adanya cacat pada perkembangan syaraf & psikis manusia, yang diduga terjadi sejak janin dan tahap perkembangan berikutnya.
Penderita autisme mulai terkenal sejak akhir-akhir ini yang jumlahnya semakin meningkat dari dari ke tahun. Melalui tulisan ini diharapkan kita dapat mengetahui anak dengan gejala autisme sedini mungkin sehingga cepat penanganannya. Banyak juga yang mengatakan anak autisme banyak yang berhasil asalkan dapat mengarahkan serta melakukan terapi degan benar sejak awal.
Orang tua atau lembaga informal maupun formal seperti cerita di atas membantu serta melakukan terapi untuk mengarahkan anak autis untuk dapat mengeksplor kelebihan yang dimiliki anak-anak tersebut. Orang tua atau lembaga tersebut biasanya akan melatih anak untuk dapat fokus & dapat konsentrasi, serta melatih anak-anak untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
Berikut ini berbagai tanda-tanda anak yang mengalami autisme, seperti:
1. Gangguan dalam berinteraksi sosial dengan lingkungan
- tidak mampu untuk bertatap mata secara wajar dengan menunjukkan ekspresi wajah, postur tubuh dalam berinteraksi dengan orang lain
- tidak mampu menunjukkan emosi dan sikap dalam interaksi sosial dengan temannya.
- tidak mampu membaca emosi temannya atau berespon dari orang lain serta senang bermain sendiri tanpa menghiraukan orang lain.
2. Adanya gangguan komunikasi yang tidak normal seperti
- terhambatnya gangguan bicara
- Kesulitan anak untuk memulai pembicaraan dan juga mempertahankan pembicaraan dengan lawan bicaranya.
- Senang mengulang-ulang pembicaraan yang tidak perlu
- Imajinasi yang kurang variatif dalam suatu permainan tertentu
3. Pola sikap dan perilaku yang terbatas
- adanya aktifitas rutin yang tidak berguna tetapi diulang-ulang
- memainkan suatu bennda atau mainan tertentu yang tak berguna; seperti memutar-mutar pegangan pintu berulang-ulang
- melakukan tindakan yang tidak wajar seperti: main di suatu pojokan dengan mobil-mobilan yang dilakukannya berjam-jam.
- melakukan gerakkan yang dilakukan berulang-ulang pada bagian tubuhnya, seperti menggerakkan jari dengan cara tertentu.
Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga rasa takut yag tak wajar.
Kecuali gangguan emosi sering pula anak-anak ini menunjukkan gangguan sensoris, seperti adanya kebutuhan untuk mencium-cium/menggigit-gigit benda, tak suka kalau dipeluk atau dielus.
Autisme bisa terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1 tahun. Autisme biasanya menyerang anak laki-laki empat kali lebih banyak dibanding anak perempuan.
Penyebab Autisme sampai sekarang belum dapat ditemukan dengan pasti. Banyak sekali pendapat yang bertentangan antara ahli yang satu dengan yang lainnya mengenai hal ini. Berikut ini beberapa hal yang dicurigai sebagai hal yang berpotensi menyebabkan anak autisme, yaitu:
1. Media Televisi : media ini hampir ada di setiap keluarga dan dapat mengurangi interaksi antara anak dan orang tua. Anak kadang terbawa dengan acara televisi dan dimungkinkan sosialisasi anak menjadi berkurang. Hal inilah yang dimungkinkan menjadi penyebab autisme pada anak. Atau saudara dapat membaca bahaya televisi bagi anak-anak di www.rajawana.com.
2. Faktor genetik, hal ini sejak awal diduga sebagai penyebab utama anak autisme, yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
3. Faktor makanan. Manurut pengalaman Dr. Feingold berbagai zat kimia yang terdapat pada berbagai makanan modern (seperti zat pengawet, pewarna, dll) dicurigai menjadi penyebab dari autisme pada beberapa kasus. Dia membuktikan beberapa penderita autisme, banyak yang kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastic setelah zt yang diduga menjadi penyebabnya di hilangkan dari campuran makanan tersebut.
4. Zat thimerasoll, adalah zat pengawet yang digunakan untuk vaksin. Ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam MMR (Mumps, Measles dan Rubella) bisa berakibat anak mengidap penyakit autisme. Hal ini dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal.
5. Pendidikan formal terlalu dini: Berbagai alasan orang tua menyekolahkan anak sedini mungkin tetapi ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa menyekolahkan anak lebih awal (pre school) dapat memicu reaksi autisme.
Semua hal tersebut sebagian masih merupakan hal yang dicurigai sebagai penyebab anak menderita autisme. Penyebab utama dan jelas kepastiannya belum bisa dipastikan. Saat sekarang penelitian masih terus dilanjutkan tentang potensi penyebab autisme yang mungkin akan ditemukan di masa depan karena mengingat jumlah anak penderita autisme terus meningkat.
Para orang tua, keluarga, kita semua perlu memiliki kemampuan untuk mendeteksi bakat autisme pada anak secara dini. Maka pelajari dan ingat-ingat tanda yang menyertai anak tersebut dengan seksama. Bila ada gejala maka segera periksa dan bimbinglah anak tersebut terutama oleh orang tuanya. Harapannya anak dapat belajar pada masa kanak-kanak dengan bahagia dan dapat bergaul dengan temannya secara normal. (Depok, Februari 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar