Selasa, 09 Maret 2010

Asperger Syndrome

Asperger Syndrome
Gangguan Asperger atau dikenal dengan istilah Asperger syndrome (AS), juga disebut sebagai Asperger disorder merupakan salah satu satu jenis gangguan dari kelompok gangguan perkembangan pervasif (pervasive development disorders; PDD). Gangguan Asperger adalah gangguan pada fase perkembangan terutama pada interaksi sosial dan perilaku yang terbatas dan tidak adanya keingintahuan terhadap lingkungan sekitarnya. Ciri yang hampir mirip dengan gejala-gejala autisme, sehingga gangguan Asperger seringkali disebut sebagai spektrum gangguan autis (autism spectrum disorders; ASDs).

Istilah sindrom Asperger pertama sekali diperkenalkan oleh Hans Asperger (1944), pengertian yang sempit menyerupai pengertian gangguan autisme dari Kanner’s (1943) telah menimbulkan kontroversial pada saat itu. Namun demikian melalui penelitian yang panjang, konsep gangguan Asperger barulah dapat diterima dan diakui dalam DSM IV pada tahun 1994.

Lorna Wing (1981) adalah salah satu peneliti yang mempopularkan istilah sindrom Asperger, ia tertarik untuk mempublikasikan beberapa penelitiannya mengenai sindrom tersebut. Ia juga membuat kriteria klinis tersendiri gangguan Asperger;
- Kurang empati
- Naif, interaksi satu arah, sedikit kemampuan untuk berteman dan dijauhi oleh orang lain
- Berbicara kekanakan dan mononton
- Miskin komunikasi nonverbal
- Keterbatasan dalam memahami topik seperti cuaca, peta, berita
- Inkoordinasi dalam bergerak, janggal, dan memiliki postur tubuh tidak lazim

Pada awalnya Asperger mengkategorikan gangguan tersebut hanya muncul pada anak laki-laki, penelitian berkelanjutan menemukan gangguan tersebut juga mengidap pada anak perempuan. Beberapa penelitian modern menemukan prevalensi gangguan lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan (Ehler & Gillberg, (1993), Wolf dkk (1991), Wing (1978), Wolff & Barlow (1979), Gillberg (1993))

Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan untuk sindrom Asperger, sama halnya dengan gangguan ASDs lainnya. Treatment diberikan agar individu dapat mandiri dan dapat menghadapi situasi-situasi sosial.

Anak dengan gangguan Asperger mungkin memiliki range inteligensi yang normal, namun anak dengan gangguan Asperger juga memiliki sedikit keterbelakangan mental, disamping itu gangguan keterlambatan dalam penguasaan bahasa atau berbicara juga lebih baik dibandingkan anak autis. Penelitian juga menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan Asperger memiliki kemampuan luar biasa dalam menghafal, meskipun terjadi gangguan psikomotorik. Penelitian dalam hal ini masih dalam studi yang lebih mendalam.

Anak dengan AS kesulitan untuk berteman dengan kelompoknya, mereka lebih suka menyendiri kadang disertai dengan perilaku yang eksentrik. Misalnya saja mereka suka menghitung kendaraan yang lewat di jalan raya atau menonton acara televisi prakiraan cuaca saja, meskipun ia tidak mengerti apa yang sedang ia tonton.


Simtom

Secara umum beberapa gejala sindrom Asperger;
• Komunikasi nonverbal yang tidak normal, misalnya menghindari kontak mata, berhadapan dengan orang lain
• Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain dan kesulitan bersama kelompok bermainnya, misalnya anak lebih suka atau nyaman bersama orang dewasa atau orangtuanya
• Tidak mampu bersikap spontan dalam menikmati, ketertarikan atau menghargai orang lain
• Kesulitan memahami ekspresi wajah
• Ketidakmampuan mengenal emosi
• Berperilaku tertentu seperti mengisap jari, berjalan berbelok-belok atau gerak tubuh yang ganjil
• Tidak dapat bersikap fleksibel dan tergantung pada rutinitas
• Hanyut dalam suasana atau bermain ketergantungan pada sesuatu benda-benda tertentu
• Tidak tertarik dan sensistif terhadap lingkungannya, misalnya dengan suara, baju yang idpakai, makanan atau bau-bau busuk
• Gangguan dalam berbicara atau berbahasa terutama pada penguasaan semantik dan intonasi, sehari-harinya kadang mereka juga berbicara dalam bahasa yang formal (Hans Asperger menyebut anaknya dengan sebutan “profesor kecil“)
• Kesulitan dalam menginterpretasikan bahasa atau kesulitan dalam mengartikan maksud dalam percakapan
• Suka mengulang perbuatan-perbuatan yang dilarang

Anak dengan AS memiliki keteratrikan dengan peta, globe atau rute jalan, ia dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk melihat peta, disamping itu anak AS juga mempunyai kemampuan membaca, namun mereka tidak mengerti dengan apa yang barusan ia baca (hyperlexia).

Tenaga medis haruslah melakukan beberapa studi banding terhadap kasus AS yang diduga muncul pada pasien, diagnosa banding adalah; autisme infantil, gangguan kepribadian schizoid, gangguan kepribadian obsessive-compulsive, retardasi mental, ADHD, sebelum memutuskan diagnosa secara tepat.

Kriteria berdasarkan DSM IV tahun 1994

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti yang ditunjukkan berikut (sekurangnya dua gejala):
- Ditandai gangguan dalam penggunaan perilaku nonverbal seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur
interaksi sosial.
- Gagal mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkat perkembangan.
- Gangguan untuk secara spontan membagi kesenangan, perhatian atau prestasi dengan orang lain (seperti kurang memperlihatkan, membawa atau menunjukkan
obyek yang menjadi perhatian orang lain).
- Tidak adanya timbal balik sosial dan emosional.

2. Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan stereotipik, seperti yang ditunjukkan oleh sekurang -kurangnya satu dari berikut :
- Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik, dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.
- Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang spesifik dan nonfungsional.
- Manerisme motorik stereotipik dan berulang (menjentik dan mengepak-ngepak tangan atau jari, atau gerakan kompleks seluruh tubuh).
- Preokupasi persisten dengan bagian-bagian obyek.

3. Gangguan ini menyebabkan gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

4. Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis dalam bahasa (misalnya, menggunakan kata tunggal pada usia 2 tahun, frasa komunikatif digunakan pada usia 3 tahun).

5. Tidak terdapat keterlambatan bermakna secara klinis dalam perkembangan kognitif atau dalam perkembangan ketrampilan menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang sesuai dengan usia (selain dalam interaksi sosial), dan
keingintahuan tentang lingkungan pada masa kanak-kanak.

6. Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan pervasif spesifik atau skizofrenia


Faktor Penyebab

Faktor penyebab kemunculan AS tidak diketahui dengan pasti, penelitian menitikberatkan adanya beberapa gangguan di otak. Saat ini para ahli sedang meneliti fungsi yang berbeda pada area-area tertentu di otak terutama pada fase fetal. Diperkirakan kemunculan AS disebabkan oleh adanya gangguan struktur otak yang mempengaruhi kerja susunan syaraf terhadap cara kontrol otak dan perilaku, Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kemunculan AS adalah faktor genetika.


Treatment

Pemberian treatment difokuskan pada tiga bidang simtom yang muncul pada AS; komunikasi, perilaku mengulang dan fisik. Keberhasilan treatment tergantung pada penyusunan program yang disesuaikan dengan minat dan karakteristik sang anak.

Ketrampilan sosial

Ketrampilan sosial (social skills training) bertujuan untuk mengajarkan anak dengan ketrampilan dalam berinteraksi dengan anak-anak sebayanya.

Penderita AS mempunyai kecenderungan menggantungkan diri pada aturan yang kaku dan rutinitas. Keadaan ini dapat digunakan untuk mengembangkan kebiasaan yang positif dan meningkatkan kualitas hidup. Penderita AS diajarkan teknik coping dari perilaku orang-orang disekelilingnya, dengan mencontoh perilaku orang individu juga srategi menyelesaikan masalah diajarkan untuk menangani keadaan yang sering terjadi, situasi sulit seperti terlibat dengan hal baru, kebutuhan sosial dan frustrasi. Disamping itu pasien juga dilatih untuk mengenal situasi sulit dan memilih strategi yang pernah dipelajari untuk situasi baru.

Ketrampilan berkomunikasi
Anak diberikan cognitive behavioral therapy (CBT) yang bertujuan untuk membantu anak dalam memanage emosinya secara lebih baik sehingga anak dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya, terapi ini juga berguna untuk mengendalikan perilaku mengulang dan rutinitas. Terapi ini dapat dilakukan secara individual ataupun dengan kelompok.

Terapi komunikasi dan bahasa meliputi; perilaku nonverbal, mengenal dan membaca perilaku nonverbal pada orang lain, kesiagaan diri, perspective taking skill, dan interpretasi komunikasi.

Pelatihan pada orangtua
Pelatihan pada orangtua bagaiman menghadapi simtom dan memberi dukungan kepada anak dengan gangguan AS.

Strategi yang dapat dilakukan;
1) Melatih anak dalam berbicara, orangtua harus bersikap sabar dan penuh kasih sayang dalam berbicara dengan anak gangguan AS. Orangtua diharapkan sesering mungkin mengajak anaknya berbicara dengan menyesuaikan kemampuan ang dimiliki anak, bicaralah dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka.
2) Berikanlah tugas-tugas yang mampu diselesaikan oleh anak berserta dengan instruksi yang jelas (baik berupa perintah atau gambar), tanyankanlah pada anak apakah ia sudah cukup menegrti dengan tugas yang diberikan.
3) Usahakanlah anak menatap orangtuanya ketika berbicara.
4) Berikanlah pujian ketika ia dapat menyelesaikan tugasnya dan ketika ia melakukan hal-hal lain yang positif tanpa disuruh
5) Latihlah anak untuk belajar memilih dari beberapa alternatif yang diajukan.

Medikasi
Perlu diingat bahwa tidak ada obat-obatan medis yang dapat menyembuh gangguan AS ini, dokter akan memberikan obat bila disertai dengan beberapa gejala lain berupa gangguan kecemasan, atau depresi misalnya.

Pemberian obat-obatan seperti jenis serotonin; risperidone, olanzapine, quetiapine diperuntukkan untuk meredam perilaku agresivitas atau self injuries.
Jenis SSRI lainnya seperti fluoxetin diberikan bila disertai dengan gangguan kecemasan dan clomipramine diberikan untuk meredamkan perilaku obsesif.

Lainnya
Terapi fisik dan sensorik untuk mengetahui permasalahan yang mengakut system koordinasi dan psikomotorik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar